Saat momen perayaan Imlek, kelancaran beribadah para jemaat klenteng Boen Bio di Surabaya tak terlepas dari peran Muharrom (42 tahun), sang penjaga klenteng. Saat momen Imlek, Muharrom cukup dibuat sibuk, mulai dari menyiapkan peralatan sembahyang hingga menyambut para tamu.
Sebagai satu-satunya penjaga di klenteng Boen Bio, Muharrom harus mempersiapkan banyak hal untuk menyambut Imlek. Mulai mengecat dan menghias klenteng, menata altar, sampai memasang ratusan lampion. Bahkan pria muslim ini turut pula mendampingi pemuka agama Konghucu saat melakukan ritual Kimsin (pembersihan patung dewa dewi) jelang Imlek lalu.
Karena kesibukannya itulah, Muharrom bahkan mengaku kurang tidur Jepang Imlek. Meski demikian pria asal Tulungagung ini mengaku bahagia. Ia turut bahagia melihat kegembiraan masyarakat keturunan Tionghoa saat merayakan Imlek. Apalagi kebahagian warga Tionghoa merayakan Imlek tak lepas dari peran tokoh idolanya, Gus Dur.
“Karena jasa beliau (Gus Dur) warga Tionghoa bisa merayakan Imlek secara terbuka, saya bangga pada beliau. Apalagi momen merayakan Imlek secara terbuka untuk pertama kalinya turut pula saya lalui saat bekerja di sini pada tahun 2000,” jelasnya saat ditemui Basra, akhir pekan kemarin.
Sejak tahun 2000 pria yang menetap di kawasan Tanah Kali Kedinding ini dipercaya menjadi penjaga salah satu klenteng tertua di Surabaya itu.
Diceritakan Muharrom, jika pekerjaan sebagai penjaga klenteng Boen Bio awalnya diterima secara terpaksa. Sebelumnya, Muharrom bekerja di tempat pengelasan besi-besi tua di kawasan Kenjeran. Karena tidak kuat, Muharrom memutuskan berhenti dari pekerjaannya sebagai tukang las.
Kemudian datang tawaran dari tetangganya untuk membersihkan klenteng. Awalnya Muharrom jadi tukang bersih-bersih panggilan di klenteng Boen Bio. Namun karena merasa cocok pengurus klenteng Boen Bio menawarinya jadi pegawai tetap.
Seiring berjalannya waktu, Muharrom mengaku merasa prihatin dengan para jemaat klenteng. Pasalnya jemaat harus menata dan menyiapkan peralatan sendiri sebelum beribadah. Muharrom pun berinisiatif membantu menata altar.
“Sekarang orang tinggal sembahyang. Tidak perlu membawa atau menata bunga, lilin, dan buah,” tandasnya.
Kini peran Muharrom bukan saja sebagai penjaga klenteng. Muharrom juga merangkap sebagai pemandu wisata bagi pengunjung klenteng.
“Agar tidak salah menjelaskan sejarah, saya aktif membaca buku-buku tua di klenteng,” ungkapnya.
Menurut Muharrom sejatinya yang bertugas memberikan pengarahan pada wisatawan klenteng Boen Bio adalah pengurus klenteng. Hanya saja sebagian besar pengurus sibuk. Mereka sulit stand by di klenteng.