Citra pondok pesantren (Ponpes) saat ini tengah mendapat sorotan masyarakat ketika kasus-kasus yang bertentangan dengan moralitas agama mengemuka di antara santri dan ulamanya. Sederet kasus kekerasan seksual hingga penganiayaan yang berakhir kematian santri di ponpes yang terjadi baru-baru ini, sedikit banyak mengubah persepsi masyarakat terhadap lembaga pendidikan tersebut. Di tengah merosotnya citra ponpes, Faizal Okta Widiyanto mampu membuktikan bahwa lulusan ponpes juga bisa bersaing di bidang kedokteran.
Faizal menjadi satu dari 20 dokter muda Fakultas Kedokteran (FK) Unair yang dilantik pada hari Kamis (19/1) kemarin. Tak hanya berpredikat sebagai lulusan ponpes, Faizal nyatanya adalah seorang hafiz.
“Dokter Faizal ini hafal 15 juz, jadi setengah Alquran. Hafiz beliaunya,” ujar Dekan FK Unair, Prof. Dr. Budi Santoso, dr. SpOG(K), saat ditemui Basra usai pelantikan dokter FK Unair, (19/1).
Diungkapkan Prof Budi jika Faizal sempat berhenti kuliah selama 1 tahun 4 bulan. Perjalanan Faizal meraih gelar dokter pun kembali diuji saat sang ayah dipanggil Sang Khalik 6 bulan lalu.
“Kebetulan saya kenal ayahnya. Saya mengenal ayah Faizal sebagai seorang guru bahasa Inggris,” tukas Prof Budi.
Menjadi seorang hafiz turut pula membantu Faizal mewujudkan mimpinya menjadi dokter. Pasalnya Faizal mampu meraih beasiswa saat menempuh pendidikan di FK Unair.
Meski memperoleh beasiswa namun Faizal mengaku kerap kesulitan biaya untuk membeli buku-buku mata kuliah. Untuk menyiasatinya Faizal kerap meminjam buku pada teman.
“Sering pinjam buku teman, kadang saya foto copy juga,” kata Faizal saat dijumpai Basra dalam kesempatan yang sama.
Karena kesulitan biaya untuk buku-buku kuliah itu lah Faizal sempat berhenti kuliah. Faizal memilih bekerja di sebuah kafe untuk menabung agar biaya kuliah terpenuhi.
Belajar hafalan Alquran sendiri baru dijalani Faizal saat duduk di bangku SMA. Selepas SMP, pria kelahiran Surabaya 28 tahun silam ini memilih melanjutkan pendidikan di sebuah ponpes di Yogyakarta.
“Saya sekolah SMA sambil mondok di Yogjakarta. Sekitar 5 tahun mondoknya. Ketika SMA itu saya mulai belajar hafalan Alquran,” ujar sulung dari 2 bersaudara ini.
Kini setelah berhasil dilantik menjadi dokter, Faizal tak berpuas diri. Melanjutkan pendidikan sebagai dokter spesialis menjadi impian Faizal.
“Maunya lanjut spesialis tapi masih mau magang-magang dulu supaya bisa nabung untuk kuliah spesialis,” pungkasnya.