Telinga merupakan organ yang sangat sensitif dan perlu kehati-hatian dalam membersihkannya.
“Sebenarnya kotoran telinga itu berada di sisi luar, kadang gerakan membersihkan itu justru bisa mendorong kotoran malah masuk ke dalam,” ungkap dr. Rosydiyah Rahmawati, Sp.T.H.T.BKL(K) Subs Oto, konsultan THT-KL bidang Otologi ini saat menjadi pembicara dalam seminar kesehatan bertajuk ‘Deteksi Dini dan Solusi Gangguan Pendengaran pada Anak’ yang digelar BK3S Provinsi Jatim, (22/11).
Menurut Rosy, telinga justru membutuhkan kotoran. Kotoran telinga yang diproduksi sejak manusia lahir ini ternyata bersifat fisiologis.
“Sangat berguna untuk melindungi telinga misal agar tidak kemasukan benda asing, kemasukan hewan, menjaga kelembaban telinga sehingga tidak mudah infeksi pada liang telinga. Jadi tubuh kita ada mekanisme, kalau kotoran banyak dia akan mengeluarkan sendiri dengan pergerakan rahang dan rambut-rambut di liang telinga,” paparnya.
“Jadi tidak berbahaya kotoran itu, malah kita butuh. Jadi jangan bersih-bersih telinganya, biarkan saja,” sambungnya.
Namun, kata Rosy, pada kondisi tertentu memang jumlah kotoran telinga banyak jadi bisa periksa ke dokter THT untuk memastikan bentuk, jumlah kotoran, dan cara penanganannya.
“Kalau kotorannya hanya sedikit kemudian lembek dan dibersihkan hanya di luar itu tidak masalah. Tapi kalau kotorannya produksi banyak, besar, keras, dan cenderung bertumpuk maka kalau dibersihkan sendiri justru malah kedorong masuk,” tukasnya.
Dalam kesempatan tersebut Rosy juga menyinggung perihal membersihkan telinga dengan cotton bud. Tindakan ini tidak disarankan. Cotton bud hanya boleh untuk bagian daun telinga saja. Hindari menggunakan cotton bud untuk bersihkan telinga bagian dalam.
“Mengorek telinga dengan cotton bud membuat kotoran semakin masuk ke dalam dan menyebabkan kotoran malah mengendap pada bagian dalam telinga,” tandasnya.
Kotoran yang mengendap dapat menjadi keras dan menghambat sirkulasi dalam telinga. Kondisi ini menyebabkan seseorang mengalami gangguan pendengaran.
